Nabi
SAW bertanya kepada Malaikat Jibril, “Sifatkanlah kepadaku tentang kebaikan
Umar?” Jibril berkata, “Andai lautan menjadi tinta dan pohon-pohon menjadi pena
(untuk menuliskannya), maka aku tidak akan mampu menghitungnya.” Kemudian Nabi
SAW bertanya lagi, “Sekarang sifatkanlah kebaikan Abu Bakar!!” Jibril berkata,
“Umar adalah salah satu kebaikan dari beberapa kebaikan Abu Bakar!!”
Mayoritas para ulama berpendapat,
bahwa dari sekian banyak sahabat (jumlahnya lebih dari seratus ribu), dua orang
sahabat yang juga mertua Nabi SAW, Abu Bakar ash Shiddiq RA dan Umar bin
Khaththab RA, adalah yang terbaik dan paling utama. Suri tauladan yang pertama
dan utama tentulah Rasulullah SAW, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an,
tetapi siapapun tidak ada yang akan bisa menyamai beliau, baik dari kalangan
manusia, jin, bahkan para malaikat muqarrabin sekalipun. Meneladani perilaku
dan akhlak para sahabat Nabi SAW, yang mendapat pengajaran dan bimbingan
langsung , bisa juga dikatakan telah meneladani beliau.
Nabi SAW pernah bersabda, “Hendaklah
kalian mengikuti sunnahku, dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat
petunjuk sesudahku!!”
Beliau juga bersabda lebih
spesifik, “Ikutilah jejak langkah dua orang sesudah wafatku, Abu Bakar dan
Umar!!”
Beliau juga pernah bersabda, “Tidak
seorang nabi pun, kecuali ia memiliki dua wazir (pembantu) di langit dan dua
wazir di bumi. Adapun wazir saya di langit adalah Jibril dan Mikail, sedang
wazir saya di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.”
Dan masih banyak hadits dan riwayat
yang menunjukkan keutamaan mereka berdua, yang tidak mungkin dituliskan secara
lengkap di sini.
Tentu saja, sebagaimana disampaikan
oleh Malaikat Jibril kepada Nabi SAW, pena tidak akan mampu menuliskan
bagaimana kebaikan dua orang sahabat tersebut secara lengkap dan menyeluruh.
Sedikit tentang apa dan bagaimana dua orang sahabat tersebut, mungkin bisa
dibaca pada alamat blog ini : www.perciksahabatnabi.blogspot.com.
Untuk meringkas bagaimana keutamaan
Abu Bakar, Nabi SAW pernah bersabda, "Jika ditimbang keimanan Abu Bakar
dengan keimanan seluruh umat, akan lebih berat keimanan Abu Bakar."
Beliau juga pernah menyatakan,
bahwa keutamaan Abu Bakar itu bukan karena lebih banyaknya shalat, puasa dan
ibadah-ibadah (lahiriah) lainnya, tetapi terlebih karena sesuatu yang di dalam
hatinya, yakni keimanan dan keyakinannya. Hal ini senada dengan apa yang
disabdakan beliau tersebut di atas.
Akan halnya Umar bin Khaththab,
mayoritas dari kaum muslimin akan sangat mengenal keadilan dan kesederhanaannya
ketika ia menjadi khulafaur kasyidin yang kedua. Ketika Nabi SAW masih hidup,
Umar termasuk sangat kritis dan banyak bertanya tentang sikap dan keputusan
Nabi SAW. Ia memang termasuk sahabat yang cerdas dan pemberani, mungkin hal itu
yang menyebabkan sikapnya seperti itu kepada Nabi SAW. Tetapi ia mulai berubah
ketika ia mendapat ‘teguran keras’ dari Abu Bakar atas sikapnya dalam
Perjanjian Hudaibiyah. Abu Bakar berkata kepadanya, “Patuhlah engkau pada
perintah dan larangan beliau sampai engkau meninggal dunia, Demi Allah, beliau
berada di atas kebenaran."
Note:ni5tk9sn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar