Kamis, 16 Oktober 2014

Nasehat ke 1, Iman dan Kemanfaatan bagi Muslimin

Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua perkara yang tidak ada sesuatu yang melebihi fadhilahnya (keutamaannya), yakni beriman kepada Allah dan membuat sesuatu yang bermanfaat bagi kaum muslimin.

Iman kepada Allah adalah batasan, apakah seseorang itu celaka selamanya di neraka atau pada akhirnya bisa ‘diangkat’ dari jurang kesengsaraan itu menuju ke surga. Karena itulah Nabi SAW pernah bersabda kepada Abu Thalib, ketika paman beliau itu dalam keadaan sekarat, “Wahai Paman, ucapkanlah Laa ilaaha illallaah, satu kalimat yang bisa engkau jadikan hujjah di sisi Allah!!”
Tetapi sejarah membuktikan bahwa Abu Thalib tidak mengikuti anjuran Nabi SAW, sehingga ia kekal di neraka. Padahal hampir 45 tahun hidupnya dihabiskan bersama Nabi SAW, termasuk merawat dan menjaga beliau sejak usia 8 tahun. Tigabelas tahun lamanya ia menjadi ‘pembela utama’ Nabi SAW ketika mendakwahkan Islam di Makkah. Beliau pernah ditanya tentang keadaan Abu Thalib di akhirat kelak, dan beliau bersabda, “Dia berada di neraka yang dangkal. Kalau tidak karena aku, tentu dia berada di tingkatan neraka yang paling bawah.”
Dalam riwayat lainnya, beliau pernah bersabda, “Semoga syafaatku bermanfaat baginya pada hari kiamat kelak, sehingga dia (Abu Thalib) diletakkan di neraka yang dangkal, hanya sebatas tumitnya saja!!”
Beberapa ulama berpendapat, walau hanya sebatas tumit yang terkena api neraka, tetapi otak yang ada di kepalanya sampai mendidih. Wallahu A’lam.      
Tentu saja, keimanan dimaksud adalah keimanan yang sebenar-benarnya, tulus dari lubuk hati yang paling dalam, tidak hanya sekedar ‘lips service’, pengakuan di mulut semata. Pengakuan (syahadat) di lisan, yang diikuti dengan pembenaran dalam hari, dan pada akhirnya diwujudkan dalam amal perbuatan.
Dalam Al Qur’an, Surat Al Hujurat 14-15 dijelaskan : Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah (wahai Muhammad) : "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk (Islam)', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (keimanannya)."
Tentang keutamaan ‘membuat kemanfaatan bagi kaum muslimin’, karena hal itu sejalan dengan misi diutusnya Rasulullah SAW, yakni rahmatan lil ‘alamin. Nabi SAW pernah bersabda, “Hamba-hamba yang paling dicintai Allah adalah manusia yang paling bermanfaat bagi sesama manusia. Sebaik-baiknya amal adalah memasukkan (memunculkan) rasa gembira pada hati seorang mukmin, yakni menghilangkan kelaparan dari dirinya, menyingkapkan kesulitan yang dialaminya, atau membayar hutang-hutangnya. Dan tidak ada yang lebih jahat (buruk) dari dua hal, yakni menyekutukan Allah (musyrik) dan mendatangkan bahaya (keburukan) kepada kaum muslimin.”
Dua hal tersebut, beriman kepada Allah dan membuat kemanfaatan bagi kaum muslimin, atau bisa disebut bersikap dermawan, bila berjalan beriringan akan ‘memuluskan’ jalan ke surga. Dermawan tidak harus selalu dengan harta, karena secara sunnatullah, tidak semua orang memiliki kelebihan harta (kaya). Bisa saja ‘berderma’ dengan tenaganya, pikirannya, ilmunya, dengan kelapangan hati memaafkan orang lain, senyuman dan lain-lain. Bahkan untuk hal sepele seperti menyingkirkan duri dari jalanan, Nabi SAW telah menyebutkannya sebagai salah satu dari 70 cabang iman, karena hal itu memang bermanfaat bagi orang lainnya. Wallahu A’lam.

Note : Ni2,sn159,etc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar